'Kesurupan Kuda Lumping', Cara Nikmat Rasakan Budaya

Bentara Budaya adalah lembaga seni yang mempunyai keprihatinan terhadap seni pinggiran. Maka kiranya Bentara Budaya perlu memberanikan diri untuk mengajak teman-teman perupa memberikan pertanggungjawabannya terhadap masalah tersebut dalam ekspresi seni rupa melalui pameran seni rupa "KESURUPAN KUDA LUMPING" dengan kurator Dr. Sindhunata, SJ, yang berlangsung mulai Selasa (15/1) hingga Rabu (23/1).

Pameran menghadirkan karya-karya dari perupa : Kelompok Hitam Manis, Karyadhi, Maslihar, Suatmadji, Pramono Pinunggul, Subandi, Bambang Pramudiyanto, Hadi Susanto, Djoko Pekik, Putu Adi Gunawan, Nasirun, Ardian Kresna, Agung Pekik, Yogi Setiawan, Ambrosius Edi Priyanto, Yerry Padang, Oetje Lamno, Sitopati, dll. Pameran ini berkaitan dengan keberadaan kesenian kuda lumping atau jathilan sebagai salah satu kesenian tradisional.

Sindhunata mengatakan, seni tradisi memang terpuruk. Tapi salah jika mengatakan seni jathilan sudah tidak hidup lagi. Sebaliknya, jathilan masih terus eksis dan hidup, malah mencoba mengadakan pembaharuan di sana-sini. Kita melihat, betapa banyak rakyat masih menonton pentas seni jathilan. Seni jathilan tidak sepi penonton. Pelakunya pun masih banyak. 

Ini adalah fenomen yang menarik. Jangan-jangan seni jathilan adalah anugerah yang diberikan oleh kebudayaan yang lagi murung karena lindasan globalisasi dan komersialisasi seni. Karena anguerah itu maka jathilan bisa menjadi benteng seni tradisi untuk membela diri terhadap gempuran globalisasi itu. 
Lewat jathilan, rakyat biasa masih bisa membela diri dan mengekspresikan seninya. Mungkin semua benteng nyaris ambruk. Syukur kita masih mempunyai benteng bernama seni jathilan yang mempunyai demikian banyak pendukung dan penonton.  Maka benteng ini harus kita bela dan kuatkan. Dan kiranya seni rupa terpanggil untuk memperkuat bentang itu


Demo Blog NJW V2 Updated at: 14.36

0 comments:

Posting Komentar

Lazada Indonesia