Bingung mau kemana weekend kali ini? Mau berlibur bareng anak-anak? Monumen ini mungkin bisa menjadi tujuan utama liburan kali ini, selain murah, monumen ini mempunyai sejuta ilmu tentang perjuangan Rakyat Yogyakarta menghadapi Belanda kala itu.
Monumen ini di bangun untuk mengenang sejarah pertempuran 1 maret 1949, atau
biasa disebut Serangan Umum 01 Maret 1949 ( SU 01 maret ’49). Monumen ini sangat mirip dengan tumpeng pada umumnya.
Monumen
Jogja Kembali Bangunan monumen yang terdiri dari tiga lantai terbagi
dalam beberapa bagian. Seluruh bangunan dikelilingi oleh kolam air. Di
lantai satu adalah museum dimana terdapat empat ruang museum yang
menyajikan benda-benda koleksi berupa: realia, replika, foto, dokumen,
heraldika, berbagai jenis senjata, bentuk evokatif dapur umum yang
kesemuanya menggambarkan suasana perang kemerdekaan 1945-1949.
Memasuki area monumen yang berada di ring road Utara Jogjakarta
ini, para pengunjung akan disambut dengan replika Pesawat Cureng di
dekat pintu timur serta replika Pesawat Guntai di dekat pintu barat.
Menaiki podium di barat dan timur pengunjung bisa melihat dua senjata
mesin beroda lengkap dengan tempat duduknya, sebelum turun menuju
pelataran depan kaki gunung Monumen.
Di
ujung selatan pelataran berdiri tegak sebuah dinding yang memuat 420
nama pejuang yang gugur antara 19 Desember 1948 hingga 29 Juni 1949
serta puisi Karawang Bekasi-nya Chairil Anwar untuk pahlawan yang tidak
diketahui namanya.
Sementara
itu jalan utara dan selatan terhubung dengan tangga menuju lantai dua
pada dinding luar yang melingkari bangunan terukir 40 relief yang
menggambarkan peristiwa perjuangan bangsa mulai dari 17 Agustus 1945
hingga 28 Desember 1949. sejumlah peristiwa sejarah seperti perjuangan
fisik dan diplomasi sejak masa Proklamasi Kemerdekaan, kembalinya
Presiden dan Wakil Persiden ke Jogjakarta hingga pembentukan Tentara Keamanan Rakyat tergambar di relief tersebut.
Sedangkan
di dalam bangunan, berisi 10 diorama melingkari bangunan yang
menggambarkaan rekaan situasi saat Belanda menyerang Maguwo pada tanggal
19 Desember 1948, SU Satu Maret, Perjanjian Roem Royen, hingga
peringatan Proklamasi 17 Agustus 1949 di Gedung Agung Yogyakarta.
Lantai teratas merupakan
tempat hening berbentuk lingkaran, dilengkapi dengan tiang bendera yang
dipasangi bendera merah putih di tengah ruangan, relief gambar tangan
yang menggambarkan perjuangan fisik pada dinding barat dan perjuangan
diplomasi pada dinding timur. Ruangan bernama Garbha Graha itu berfungsi
sebagai tempat mendoakan para pahlawan dan merenungi perjuangan mereka.
Di
Monumen ini pengunjung akan mendapat pelajaran sejarah yang sangat
berharga, karena Monumen Yogya Kembali memberikan gambaran yang lebih
jelas bagaimana kemerdekaan itu tercapai. Melihat berbagai diorama,
relief yang terukir atau koleksi pakaian hingga senjata yang pernah
dipakai oleh para pejuang kemerdekaan
Pengunjung
bisa melihat tandu yang digunakan untuk menggotong Panglima Besar
Jenderal Soedirman selama perang gerilya, seragam tentara dan dokar yang
juga pernah digunakan oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman. Konon
total koleksi barang-barang dalam museum tersebut mencapai ribuan.
Dengan
Melihat Diorama-Diorama dan semua yang ada di Monumen ini, Kita serasa
dibawa Larut dalam masa-masa perjuangan dan semangat yang dikobarkan
oleh para Pahlawan dalam memperjuangkan Kemerdekaan Republik Indonesia.
Mungkin, Monumen Jogja Kembali dapat menjadi referensi anda jika sedang berkunjung di Jogjakarta. Selamat Berwisata sambil Belajar.
0 comments:
Posting Komentar